Sabtu, 10 November 2012

0 PERISTIWA 10 NOVEMBER

Date: Sabtu, 10 November 2012 19.15
Category:
Author: Unknown
Share:
Responds: 0 Comment

Kali ini Portal AruVic akan memposting peristiwa 10 november.
Sudah menjadi sejarah Indonesia
semenjak 67 tahun yang lalu para
pahlawan berjuang
memperjuangkan Indonesia. Jiwa
raga mereka dipertaruhkan demi
Indonesia. Sejak itulah setiap
tanggal 10 November diperingati
sebagai hari Pahlawan. Namun,
apakah hanya dengan sebatas
memperingati? Jiwa – jiwa
pahlawan mereka yang sekarang
sangat sulit untuk kita temui.
Sedikit membuka sejarah,
bagaimana peristiwa 10 November
ini terjadi?
Peristiwa 10 November merupakan
peristiwa sejarah perang antara
Indonesia dan Belanda. Pada 1
Maret 1942, tentara Jepang
mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh
hari kemudian, tepatnya, 8 Maret,
pemerintah kolonial Belanda
menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Sejak itu, Indonesia
diduduki oleh Jepang.
Tiga tahun kemudian, Jepang
menyerah tanpa syarat kepada
sekutu setelah dijatuhkannya bom
atom (oleh Amerika Serikat) di
Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa
itu terjadi pada Agustus 1945.
Mengisi kekosongan tersebut,
Indonesia kemudian
memproklamirkan kemerdekaannya
pada 17 Agustus 1945. Sebelum
dilucuti oleh sekutu, rakyat dan
para pejuang Indonesia berupaya
melucuti senjata para tentara
Jepang. Maka timbullah
pertempuran-pertempuran yang
memakan korban di banyak daerah.
Ketika gerakan untuk melucuti
pasukan Jepang sedang berkobar,
tanggal 15 September 1945, tentara
Inggris mendarat di Jakarta,
kemudian mendarat di Surabaya
pada 25 Oktober. Tentara Inggris
didatangkan ke Indonesia atas
keputusan dan atas nama Sekutu,
dengan tugas untuk melucuti
tentara Jepang, membebaskan para
tawanan yang ditahan Jepang, serta
memulangkan tentara Jepang ke
negerinya. Tetapi, selain itu,
tentara Inggris juga membawa misi
mengembalikan Indonesia kepada
pemerintah Belanda sebagai
jajahannya. NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) pun
membonceng. Itulah yang
meledakkan kemarahan rakyat
Indonesia di mana-mana.
Di Surabaya, dikibarkannya bendera
Belanda, Merah-Putih-Biru, di
Hotel Yamato, telah melahirkan
Insiden Tunjungan, yang menyulut
berkobarnya bentrokan-bentrokan
bersenjata antara pasukan Inggris
dengan badan-badan perjuangan
yang dibentuk oleh rakyat.
Bentrokan-bentrokan bersenjata
dengan tentara Inggris di Surabaya,
memuncak dengan terbunuhnya
Brigadir Jenderal Mallaby,
(pimpinan tentara Inggris untuk
Jawa Timur), pada 30 Oktober.
Setelah terbunuhnya Brigadir
Jenderal Mallaby, penggantinya
(Mayor Jenderal Mansergh)
mengeluarkan ultimatum yang
merupakan penghinaan bagi para
pejuang dan rakyat umumnya.
Dalam ultimatum itu disebutkan
bahwa semua pimpinan dan orang
Indonesia yang bersenjata harus
melapor dan meletakkan senjatanya
di tempat yang ditentukan dan
menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas. Batas
ultimatum adalah jam 6.00 pagi
tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh
Indonesia. Sebab, Republik
Indonesia waktu itu sudah berdiri
(walaupun baru saja
diproklamasikan), dan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat
negara juga telah dibentuk.
Selain itu, banyak sekali organisasi
perjuangan yang telah dibentuk
masyarakat, termasuk di kalangan
pemuda, mahasiswa dan pelajar.
Badan-badan perjuangan itu telah
muncul sebagai manifestasi tekad
bersama untuk membela republik
yang masih muda, untuk melucuti
pasukan Jepang, dan untuk
menentang masuknya kembali
kolonialisme Belanda (yang
memboncengi kehadiran tentara
Inggris di Indonesia).
Pada 10 November pagi, tentara
Inggris mulai melancarkan serangan
besar-besaran dan dahsyat sekali,
dengan mengerahkan sekitar 30
000 serdadu, 50 pesawat terbang,
dan sejumlah besar kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya
dihujani bom, ditembaki secara
membabi-buta dengan meriam dari
laut dan darat. Ribuan penduduk
menjadi korban, banyak yang
meninggal dan lebih banyak lagi
yang luka-luka. Tetapi, perlawanan
pejuang-pejuang juga berkobar di
seluruh kota, dengan bantuan yang
aktif dari penduduk.
Pihak Inggris menduga bahwa
perlawanan rakyat Indonesia di
Surabaya bisa ditaklukkan dalam
tempo 3 hari saja, dengan
mengerahkan persenjataan modern
yang lengkap, termasuk pesawat
terbang, kapal perang, tank, dan
kendaraan lapis baja yang cukup
banyak.
Namun di luar dugaan, ternyata
para tokoh-tokoh masyarakat yang
terdiri dari kalangan ulama’ serta
kiyai-kiyai pondok jawa seperti KH.
Hasyim Asy’ari, KH. Wahab
Hasbullah serta kiyai-kiyai
pesantren lainnya mengerahkan
santri-santri mereka dan
masyarakat umum (pada waktu itu
masyarakat tidak begitu patuh
kepada pemerintahan tetapi mereka
lebih patuh dan taat kepada para
kiyai)juga ada pelopor muda seperti
bung tomo dan lainnya. sehingga
perlawanan itu bisa bertahan lama,
berlangsung dari hari ke hari, dan
dari minggu ke minggu lainnya.
Perlawanan rakyat yang pada
awalnya dilakukan secara spontan
dan tidak terkoordinasi, makin hari
makin teratur. Pertempuran besar-
besaran ini memakan waktu sampai
sebulan, sebelum seluruh kota
jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa berdarah di Surabaya
ketika itu juga telah menggerakkan
perlawanan rakyat di seluruh
Indonesia untuk mengusir penjajah
dan mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang
yang gugur dan rakyat yang
menjadi korban ketika itulah yang
kemudian dikenang sebagai Hari
Pahlawan.
Semoga perjuangan para pahlawan
terdahulu menjadi suri tauladan
bagi kita.
SELAMAT HARI PAHLAWAN !


Artikel Terkait :



Posting Komentar